MENYERAHKAN DENGKE/IKAN OLEH SW
Aslinya ikan yang diberikan
adalah jenis "ihan” atau ikan Batak, sejenis ikan yang hanya hidup di
Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan
khas. Ikan ini mempunyai sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau
berenang/berjalan selalu beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ;
dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan yang hidup jernih dan
selalu beriringan/berjalan beriringan bersama)
Simbol inilah yang menjadi harapan kepada penganeten dan
keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki (tio
pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sangat
sulit didapat, dan jenis ikan mas sudah biasa digunakan. Ikan Masa
ini dimasak khasa Batak yang disebut "naniarsik” ikan yang dimasak
(direbus) dengan bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar
tertentu dan bumbunya sudah meresap kedalam daging ikan itu.
MAKAN BERSAMA
Sebelum bersantap makan, terlebih
dahulu berdoa dari suhut Pria (SP) , karena pada dasarnya SP yang
membawa makanan itu walaupun acara adatnya di tempat SW.
Untuk kata pengantar makan, PRP menyampaikan satu uppasa
(ungkapan adat) dalam bahasa Batak seperti waktu menyerahakan tanda
makanan adat:
Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna
Tung, sosadiape napinatupa on, sai godangma pinasuna.
Ungkapan ini menggambarkan kerendahan hati yang memebawa
makanan (Batubara), dengan mengatakan walaupun makanan yang dihidangkan
tidak seberapa (pada hal hewan yang diptong yang menjadi santapan
adalah hewan lembu atau kerbau yang utuh), tetapi mengharapkan agar
semua dapat menikmatinya serta membawa berkat.
Kemudian PRP mempersilakan bersantap
MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT
Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih dahulu dirundingkan
bagian-bagian mana yang diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang dianut
dalam acara adat yaitu Solup Batam, yang disebut dengan "JAMBAR
MANGIHUT”dimana jambar sudah dibicarakan sebelumnya dan dalam acara
adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan bagian jambar untuk SP sebagai
ulu ni dengke mulak. Selanjutnya masing masing suhut membagikannya
kepada masing-masing fungsi dari pihaknya masing-masing saat makan
sampai selesai dibagikan
MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA KASIH)
Arti harafiah tumpak adalah
sumbangan bentuk uang, tetapi melihat keberadaan masing-masing dalam
acara adat mungkin istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang
memberikan tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan ketempat
SUHUT duduk dengan memasukkannya dalam baskom yang disediakan/
ditempatkan dihadapan SUHUT, sambil menyalami pengenten dan SUHUT.
Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar
mereke diberi waktu untuk menerima para undangan mereka untuk
mengantarkan tumpak (tanda kasih)
Setelah PRW mempersilakan, PRP
menyampai kan kepada dongan tubu, boru/bere dan undangannya bahwa SP
sudah siap menerima kedatangan mereka untuk mengantar tumpak.
etelah selesai PRP mengucapkan terima kasih atas pemberian tanda kasih dari para undangannya
ACARA PERCAKAPAN ADAT
MEMPERSIAPKAN PERCAKAPAN
- RPW menanyakan Batubara apakah sudah siap memulai percakapan, yang dijawab oleh SP, mereka sudah siap
- Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya
dan hula-hula serta tulangnya bahwa percakapan adat akan dimulai, dan
memohon kepada hula-hulanya agar berkenan memberi nasehat kepada mereka
dalam percakapan adat nanti
MEMULAI PERCAKAPAN (PINGGAN PANUNGKUNAN) .
Pinggan Panungkunan, adalah piring yang
didalamnya ada beras, sirih, sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4
lembar. Piring dengan isinya ini adalah sarana dan simbol untuk memulai
percakapan adat.
- PRP meminta seorang borunya mengantar Pinggan Panungkunan itu kepada PRW
- PRW, menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan
dengan menjelaskan apa arti semua isi yang ada dalam beras itu.
Kemudian PRW mengambil 3 lembar uang itu, dan kemudian meminta salah
seorang borunya untuk mengantar piring itu kembali kepada PRP
- PRW membuka percakapan dengan memulainya dengan
penjelasan makna dari tiap isi pinggan panungkunan (beras, sirih,
daging dan uang), kemudian menanyakan kepada Batubara makna tanda dan
makanan adat yang sudah dibawa dan dihidangkan oleh pihak Batubara.
- Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga Batubara
mengatakan bahwa makanan dan minuman pertanda pengucapan syukur karena
berada dalam keadaan sehat, dan tujuan Batubara adalah menyerahkan
kekurangan sinamot , dilanjutkan adat yang terkait dengan pernikahan
anak mereka
PENYERAHAN PANGGOHI/KEKURANGAN SINAMOT
- Dalam percakapan selanjutnya, setelah PRW meminta
PRP menguraikan apa/berapa yang mau mereka serahkan , PRP
memberi tahukan kekurangan sinamot yang akan mereka serahkan adalah
sebsar Rp…Juta, menggenapi seluruh sinamot Rp….Juta. (Pada waktu acara
Pudun Saut, Batubara sudah menyerahkan Rp 15 juta sebagai bohi
sinamot (mendahulukan sebagian penyerahan sinamot di acara adat na
gok).
- Sebelum PR TOBING mengiakan lebih dulu RP TOBING meminta nasehat dari Hula-hula dan pendapat dari boru Tobing
- Sesudah diiakan oleh PR TOBING, selanjutnya penyerahan kekurangan sinamot kepada suhut Tobing oleh Batubara.
PENYERAHAN PANANDAION.
Tujuan acara ini memperkenalkan
keluarga pihak perempuan agar keluarga pihak pria mengenal siapa saja
kerabat pihak perempuan sambil memberikan uang kepada yang bersangkutan
Secara simbolis, yang diberikan
langsung hanya kepada 4 orang saja, yang disebut dengan patodoan atau
"suhi ampang na opat” ( 4 kaki dudukan/pemikul bakul) yang
merupakan symbol pilar jadinya acara adat itu. Dengan demikian biarpun
hanya yang empat itu yang dikenal/menerima langsung, sudah mewakili
menerima semuanya. (Mungkin dapat dianalogikan dengan pemberian tanda
penghargaan massal kepada pegawai PNS yang diwakili 4 orang,
masing-masing 1 orang dari tiap golngan I sampai golongan IV)
Kepada yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti akan dibagikan Tobing kepada yang bersangkutan.
PENYERAHAN TINTIN MARANGKUP
Diberikan kepada tulang /paman
penganten pria (saudara laki ibu penganten pria). Yang menyerahkan
adalah orang tua penganten perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu
Secara tradisi penganten pria mengambil boru tulangnya untuk
isterinya, sehingga yang menerima sinamot seharusnya tulangnya
Dengan diterimanya sebagian
sinamot itu oleh Tulang Pengenten Pria yang disebut titin marangkup,
maka Tulang Pria mengaku penganten wanita, isteri ponakannya ini, sudah
dianggapnya sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga
lain.
PEMBERIAN ULOS oleh Pihak Perempuan.
Dalam Adat Batak tradisi lama
atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk
menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya,
disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya
ulos dianggap sudah mempunyai "kuasa”. Karena itu, pemberian ulos,
baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang orang , harus
mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari Hula-hula kepada
borunya, orang tua kepada anank-anaknya. Dengan pemahaman iman yang
dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia
sebagai simbol dalam pelaksaan acara adat.
Ujung dari ulos selalu banyak
rambunya sehingga disebut "ulos siganjang/sigodang rambu”(Rambu, benang
di ujung ulos yang dibiarkan terurai)
Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai berikut:
Ulos Namarhadohoan
No Uraian Yang Menerima Keterangan
A Kepada Paranak
1. Pasamot/Pansamot Orang tua pengenten pria
2. Hela Pengenten
B Partodoan/Suhi Ampang Naopat
1. Pamarai Kakak/Adek dari ayah pengenten pria
2. Simanggokkon Kakak/Adek dari pengenten pria
3. Namborunya Saudra perempuan dari ayah pengenten pria
4. Sihunti Ampang Kakak/Adek perempuan dari pengenten pria
Ulos Kepada Pengenten
No Uraian Yang Mangulosi
A Dari Parboru/Partodoan
1. Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/Adek dari ayah pengenten wanita
2. Simandokkon Kakak/Adek laki-laki dari pengenten wanita
3. Namborunya (Parorot) Iboto dari ayah pengenten wanita
4. Pariban Kakak/Adek dari pengenten wanita
B Hula-hula dan Tulang Parboru
1. Hula-hula 1 lembar, wajib
2. Tulang 1 lembar, wajib
3. Bona Tulang 1 lembar, wajib
4. Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
C Hula-hula dan Tulang Paranak
1. Hula-hula 1 lembar, wajib
2. Tulang 1 lembar, wajib
3. Bona Tulang 1 lembar, wajib
4. Tulang Rorobot 1 lembar, tidak wajib
MANGUNJUNGI ULAON (Menyimpulkan Acara Adat)
- Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak SW
Berupa kata-kata pengucapan syukur kepada Tuhan bahwa acara adat sudah terselenggara dengan baik:
a. Ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya
b. Permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru
diberkati demikian juga orang tua pengenten dan saudara
Batubara yang lainnya
- Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak SP
Ucapan terima kasih kepada semua pihak baik kepada
hula-hula SW maupun kepada SP atas terselenggaranya acara adat nagok
ini.
- Mangolopkon (Mengamenkan) oleh Tua-tua/yang dituakan di Kampung itu
Kedua suhut Tobing dan Batubara, menyediakan piring yang
diisi beras dan uang ( biasanya ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang
baru) kemudian diserahkan kepada Rja Huta yang mau mangolopkon Raja
Huta berdiri sambil mengangkat piring yang berisi beras dan uang
olop-olop itu. Dengan terlebih dahulu menyampaikan kata-kata ucapan
Puji Syukur kepada Tuhan Karen kasih-Nya cara adat rampung dalam suasan
dami (sonang so haribo-riboan) serta restu dan harapan kemudian
diahiri , dengan mengucapkan : olop olop, olop olop, olop olop sambil
menabur kan beras keatas dan kemudian membagikan uang olop-olop itu.
- itutup dengan doa / ucapan syukur
Akhirnya acara adat ditutup dengan doa oleh Hamba Tuhan.Sesudah amin, sam-sam mengucapkan: horas ! horas ! horas !
- Bersalaman untuk pulang,, suhut na niambangan Batubara menyalami Suhut Tobing
CATATAN:
Sekarang ini ada yang melaksanakan
acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat
ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan "Ulaon Sadari”
Dibuat sian: http://rapolo.wordpress.com/2007/12/19/tata-cara-dan-urutan-pernikahan-adat-na-gok/ http://www.ladangtuhan.com Gombar na: http://www.berlipro.com
|