Übersee-Museum Bremen
|
Poda ni si aji mamis ma inon |
Petunjuk untuk menghancurkan musuh (poda
ni si aji mamis) yang digunakan di saat perang (dalam bahasa Batak
kuno perang selalu disebut sebagai bisara na godang - "adat
yang mulia"). Dikatakan pada akhir halaman pertama dan awal halaman
kedua (A3-4) bahwa pustaha ini diuntukkan Guru Habinsaran Hata ni Aji
dari Silaga-laga yang dikatakan na so nung talu di bisara na godang
- yang tidak pernah kalah berperang. Sebagaimana dapat dilihat dari bahasa
dan aksara yang digunakan naskah ini dapat dipastikan berasal dari Toba.
Bagi orang yang belum mengenal surat Batak yang asli huruf-huruf berikut
perlu diperkenalkan:
Ketiga huruf tersebut merupakan salah satu
variasi Surat Batak Toba yang lazim digunakan dalam naskah-naskah Batak.
Pustaha ini dapat dibagi atas beberapa BAB
yang semuanya ditandai oleh sebuah bindu (ornamen). Bagian pertama
(A1-33) adalah poda ni si aji mamis diikuti oleh poda ni pormamis
na lima - ramalan berdasarkan kelima bagian hari (A33-37 dan B3-7),
poda ni pehu na pitu - ramalan berdasarkan ketujuh pehu
(B8), pangarumai (B9-15), poda ni porsili (B16-22), pinangan
ni ari (B22-28), serta porsimboraon
- cara pembuatan ajimat (B28-38).
Pustaha
berukuran 14,2 x 12,5 cm ini terdiri atas 39 halaman yang ditulisi pada
kedua sisi yang dinamakan A dan B. Kulit kayu (laklak) dilem pada
dua papan kayu yang berfungsi sebagai sampul (lampak). Ternyata
laklak pustaha ini sudah robek sebelum ditulisi sehingga terpaksa dijahit
sebagaimana dapat dilihat pada foto ini.
Kedua ujung laklak, yaitu halaman A1 dan
B1 direkat pada lampa. Halaman A2, A38, A39, B2 dan B39 dibiarkan kosong.
Berikut ini Anda dapat melihat setiap halaman
pustaha tersebut. Naskah asli tersimpan di museum antropologi Übersee-Museum
di Bremen, Jerman.
Dibuat sian lapo ni: http://www.hawaii.edu/indolang/surat/
|